Senin, 26 Mei 2014

Tari Wirayuda

Tari Wirayuda
 
Tari Wirayuda menggambarkan kepahlawanan. Tarian ini dikembangkan dari beberapa jenis tari Baris Gede (tari Baris upacara) terutama sekali Baris Tumbak atau Baris Katekok Jago. Ditarikan oleh antara 2 sampai 4 pasang penari pria bersenjatakan tombak, dengan penuh ekspresi jiwa serta wajah dan mimik. Tari ini menggambarkan sekelompok prajurit Bali Dwipa yang sedang bersiap-siap untuk maju ke medan perang.


Memakai hiasan kepala berbentuk udeng-udengan, tarian yang merupakan ciptaan I Wayan Dibia pada tahun 1979
.

Tari Belibis



Tari Belibis



Tarian burung belibis yang bisa berbicara manusia dan diciptakan tahun 1984.




Tari Belibis dalam Album Foto Blog Baliwww

Tari Belibis ini menurut ngurahpandu4mgg dalam wordpress
mengisahkan Prabu Angling Dharma yang dikutuk istrinya menjadi seekor
burung belibis. Dalam pengembaraannya, ia bertemu dengan sekawanan
burung belibis, namun ia tidak diterima dalam kelompok itu karena bisa
berbicara seperti manusia. Gerak tari ini menunjukkan penampilan yang
menarik dan harmonis dengan gamelan yang mengiringinya.




Ditambahkan pula, Tari Belibis dalam Babad Bali bahwa tari ini dibawakan oleh 7 orang penari wanita, tari belibis diciptakan pada tahun 1984 oleh N.L.N. Swasthi Wijaya Bandem sebagai koreografer dan I Nyoman Windha sebagai komposernya.

http://youtube.com/user/BaliToursGuide

Sabtu, 24 Mei 2014

Sanggar Tari "Ayu Martha"

Sekilas tentang Sanggar Tari Ayu Martha di Mataram NTB
Sanggar Tari Ayu Martha berdiri sekitar Tahun 2010.

Sudah banyak event yang diikuti walaupun hanya tingkat daerah saja, tp perkembangannya lumayan bisa menyaingi sanggar tari yang sudah ada dari dulu.
Bagi yang ingin tahu info lengkapnya : https://www.facebook.com/lists/300536063309287


Beberapa Foto kegiatan di Sanggar Tari "Ayu Martha"






Tari Rejang

Tari Rejang


 
Tari Rejang adalah sebuah tarian kesenian rakyat/suku Bali yang ditampilkan secara khusus oleh perempuan. Gerak-gerik tari ini sangat sederhana namun progresif dan lincah. Biasanya pagelaran tari Rejang diselenggarakan di Pura pada waktu berlangsungnya suatu upacara adat atau upacara keagamaan Hindu Dharma.
Tarian ini dilakukan/ditarikan oleh penari-penari perempuan Bali dengan penuh rasa hidmat, penuh rasa pengabdian kepada Dewa-Dewi Hindu dan penuh penjiwaan. Para penarinya mengenakan pakaian upacara yang meriah dengan banyak dekorasi-dekorasi, menari dengan berbaris melingkari halaman pura atau pelinggih yang kadang kala dilakukan dengan berpegang-pegangan tangan.
Tari Rejang di beberapa tempat juga disebut dengan ngeremas, Simi atau sutri.
 
Tari Rejang adalah sebuah tarian putri yang dilakukan secara berkelompok atau masal, gerak-gerik tarinya sangat sederhana yang biasanya ditarikan pada waktu berlangsungnya suatu upacara Yadnya. Walaupun hanya terdiri dari gerakan yang sederhana, namun makna yang terkandung dalam tarian ini tidaklah sesederhana itu. Gerakan dalam tarian ini memerlukan gerakan tubuh yang lincah dengan mengikuti alunan suara gamelan Gong Kebyar atau Gong Gede diselimuti aroma dupa yang sangat wangi, harum menambah suasana semakin sakral dan khidmat, para penari rejang dewa menari dengan berbaris melingkar yang kadang kala dilakukan dengan berpegangan tangan. Tarian ini dilakukan dengan lemah gemulai, penuh rasa pengabdian kepada Bhatara Bhatari. Para penarinya mengenakan pakaian upacara yang biasanya didominasi oleh warna putih dan kuning, dengan perhiasan kepala yang dibuat sedemikian rupa dari bahan janur kuning. Gerak-gerak yang dominan dipakai dalam tari Rejang adalah ngembat dan ngelikas atau gerakan kiri dan kanan yang dilakukan sambil melangkah kedepan secara perlahan. Ketika menari, penari Rejang pada umumnya tidak berdialog atau menyanyi.
Tari Rejang Dewa adalah simbol Widyadara dan Widyadari yang menuntun Bhatara turun ke dunia yang dilakukan pada waktu melasti atau turun ke peselang atau Tari Rejang Dewa biasanya ditampilkan ketika diadakan acara – acara keagamaan atau ritual tertentu lainnya, tidak dipentaskan disembarang tempat melainkan ditampilkan ditempat-tempat yang dianggap suci oleh para umat, biasanya di pentaskan dihalaman Jeroan atau jaba tengah dari sebuah Pura. 
 Jika karena sesuatu hal tari Rejang dapat dipentaskan di jabe sisi pura, yang terpenting pementasannya selalu berdekatan dengan tempat sesaji atau tempat lainnya yang dipandang suci. Tujuan dilaksanakannya Tarian ini merupakan persembahan suci untuk menyambut kedatangan para Dewata dan sekaligus menghibur para Dewa yang turun dari Kahyangan ke Bumi. melalui puja dan puji mantra dan sesaji sesuai urutannya. Para Dewa diundang untuk turun dari Kahyangan dan bersemayam pada benda-benda suci seperti Pratima atau Tapakan. Melalui tarian ini kita merasakan bersyukur dan terimakasih kepada para Dewa atas perkenannya turun ke Bumi. Tari Rejang Dewa ini dilakukan oleh para Gadis yang belum pernah mengalami datang bulan, oleh karena itulah kebanyakan penari yang membawakan tarian ini masih duduk di bangku sekolah dasar. Mogi Rahayu lan Shanti

Sejarah Tari Bali: Tari Pendet

Sejarah Tari Bali: Tari Pendet: Seperti dikutip dari ISI Denpasar, lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau m...

Tari Pendet

Tari Pendet

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas




Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi (? - 1967).
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, dewasa maupun gadis. 
Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Tari putri ini memiliki pola gerak yang lebih dinamis daripada Tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan. Biasanya ditampilkan setelah Tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan, dan perlengkapan sesajen lainnya